Contoh sederhana ketika ada tetangga yang akan mendirikan rumah, maka tanpa komando mereka akan bahu membahu membantu tanpa meminta bayaran, selain itu keakraban selalu terjalin dengan indahnya. Tidak ada si kaya dan si miskin, tidak ada agama A dan B, tidak ada suku A dan B yang ada adalah rasa persaudaraan.
Walau jaman makin maju dan modern serta banyaknya budaya asing yang masuk, namun tidak membuat hal ini menjadikan budaya lokal yang telah turun temurun serta mendarah daging menjadi hilang begitu saja. Perpaduan antara budaya leluhur dan agama masih bisa dirasakan dalam kehidupan di pedesaan, diantaranya babarit.
Babarit merupakan istilah rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah yang telah diberikan yaitu berupa keselamatan, kesehatan, dan rejeki. Babarit sendiri biasanya dilakukan menjelang bulan-bulan tertentu misalkan Muharam.
Babarit bisa diartikan sebagai makan bersama disuatu tempat yang telah ditentukan oleh kokolot lembur (orang yang dituakan) dimana masing-masing keluarga akan membawa makanan beserta beberapa ketupat kecil yang dibungkus daun kelapa muda dan bambu beserta tanaman jenis ilalang yang tumbuh ditebing-tebing pekarangan rumah . Tempat yang biasa digunakan untuk melaksanakan acara ini yaitu perempatan atau pertigaan jalan kampung.
Setelah semua warga berkumpul mereka akan menaruh ketupat tadi di sebuah bambu yang telah disiapkan sebelumnya, hal ini juga sebagai pertanda bahwa kegiatan babarit akan segera dilaksanakan. Selanjutnya kokolot lembur akan memimpin do'a dan pada akhir kegiatan mereka akan makan bersama.
Namun perlu diketahui sebelum meninggalkan tempat tersebut, ketupat yang tadi ditaroh akan dibawa pulang kerumah namun bukan untuk dimakan akan tetapi untuk ditaroh di pintu rumah atau pintu kandang peliharaan baik itu ayam, kambing dan sejenisnya. Ada yang percaya bahwa hal tersebut dilakukan semata-mata agar rumahnya berkah, selamat serta selalu dihindarkan dari musibah.
Itu adalah sebuah tradisi yang telah membudaya dikalangan masyarakat pedesaan tertentu, dimana di desa tersebut masih terdapat kata Pamali dan Mitos. Salah atau benarnya tradisi tersebut hanya Allah SWT yang tahu. Yang utama adalah sebagai orang baragama kita tidak boleh menyekutukan Allah dengan meminta-minta atau memohon bukan kepada Allah SWT.