Artikel Pertanian

Kuliner Sunda

Jumat, 31 Mei 2013

Menjaga budaya dan adat istiadat leluhur kita di zaman modern

Padi Menguning. Kehidupan di pedesaan memang begitu kental dengan budaya dan adat istiadat, serta masih banyak diantaranya yang masih melestarikan budaya leluhur sampai sekarang ini. Kehidupan bergotong royong, tenggang rasa, serta rasa saling menghormati antar warga di pedesaan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh sederhana ketika ada tetangga yang akan mendirikan rumah, maka tanpa komando mereka akan bahu membahu membantu tanpa meminta bayaran, selain itu keakraban selalu terjalin dengan indahnya. Tidak ada si kaya dan si miskin, tidak ada agama A dan B, tidak ada suku A dan B yang ada adalah rasa persaudaraan.

Walau jaman makin maju dan modern serta banyaknya budaya asing yang masuk, namun tidak membuat hal ini menjadikan budaya lokal yang telah turun temurun serta mendarah daging menjadi hilang begitu saja. Perpaduan antara budaya leluhur dan agama masih bisa dirasakan dalam kehidupan di pedesaan, diantaranya babarit.

Babarit merupakan istilah rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah yang telah diberikan yaitu berupa keselamatan, kesehatan, dan rejeki. Babarit sendiri biasanya dilakukan menjelang bulan-bulan tertentu misalkan Muharam.

Babarit bisa diartikan sebagai makan bersama disuatu tempat yang telah ditentukan oleh kokolot lembur (orang yang dituakan) dimana masing-masing keluarga akan membawa makanan beserta beberapa ketupat kecil yang dibungkus daun kelapa muda dan bambu beserta tanaman jenis ilalang yang tumbuh ditebing-tebing pekarangan rumah . Tempat yang biasa digunakan untuk melaksanakan acara ini yaitu perempatan atau pertigaan jalan kampung.

Setelah semua warga berkumpul mereka akan menaruh ketupat tadi di sebuah bambu yang telah disiapkan sebelumnya, hal ini juga sebagai pertanda bahwa kegiatan babarit akan segera dilaksanakan. Selanjutnya kokolot lembur akan memimpin do'a dan pada akhir kegiatan mereka akan makan bersama.

Namun perlu diketahui sebelum meninggalkan tempat tersebut, ketupat yang tadi ditaroh akan dibawa pulang kerumah namun bukan untuk dimakan akan tetapi untuk ditaroh di pintu rumah atau pintu kandang peliharaan baik itu ayam, kambing dan sejenisnya. Ada yang percaya bahwa hal tersebut dilakukan semata-mata agar rumahnya berkah, selamat serta selalu dihindarkan dari musibah.

Itu adalah sebuah tradisi yang telah membudaya dikalangan masyarakat pedesaan tertentu, dimana di desa tersebut masih terdapat kata Pamali dan Mitos. Salah atau benarnya tradisi tersebut hanya Allah SWT yang tahu. Yang utama adalah sebagai orang baragama kita tidak boleh menyekutukan Allah dengan meminta-minta atau memohon bukan kepada Allah SWT.
.
Bagikan Artikel ini:
Komentar
9 Komentar

9 comments

31 Mei 2013 pukul 08.17

mantap sekali sob,mari kita sama-sama melestarikan adat-istiadat kampung kita beralas..dan tidak terpengaruh oleh budaya-budaya luar

1 Juni 2013 pukul 01.09

@bocah kampoenk Betul....bangsa yang tangguh adalah bangsa yang menghargai budaya sendiri.

2 Juni 2013 pukul 19.58

semoga adat istiadat spt ini jgn sp punah

8 Juni 2013 pukul 06.46

@keke naimabetul sob....karena bangsa yang kuat adalah yg selalu menjaga budayanya sendiri

8 Juni 2013 pukul 06.46

@keke naimabetul sob....karena bangsa yang kuat adalah yg selalu menjaga budayanya sendiri

11 Juli 2013 pukul 00.17

Budaya yang unik, dikapungku juga ada budaya yang hampir mirip dengan Babarit yaitu yoqowiyu, sebaran kue apem.

11 Juli 2013 pukul 00.18

@Urang KampungMari kita lestarikan

11 Juli 2013 pukul 04.19

@Djangkaru Bumi Yuk mari...kalo bukan kita siapa lagi?

11 Juli 2013 pukul 04.20

@Djangkaru Bumi Budaya yang sejak dahulu selalu terjaga...semoga selalu terjaga.


Posting Komentar